Kamis, 25 Agustus 2016

MAKALAH RANCANGAN PEMERIKSAAN E-COLI PADA BAHAN PANGAN

MAKALAH RANCANGAN PEMERIKSAAN E-COLI PADA BAHAN PANGAN

Hasil gambar untuk logo stembatema
                                                 
DISUSUN OLEH :
1.     ARIF ROMADON     (04)
2.     DHIYAA ANISAH     (07)
3.     ILHAM FAJAR ALI   (13)
4.     M. JA’FAR SODIK    (21)
5.     RIFAN PRAYOGO    (28)
6.     SILVIA MAHARANI (30)




SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG
TAHUN AJARAN 2014/2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena dengan pertolonganNya kami dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul ‘Rancangan Pemeriksaan E-Coli Pada Bahan Pangan’. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.

Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada guru pembimbing yang telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini. Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil makalah ini. Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.

Pada bagian akhir, kami akan mengulas tentang berbagai masukan dan pendapat dari orang-orang yang ahli di bidangnya, karena itu kami harapkan hal ini juga dapat berguna bagi kita bersama. Semoga makalah yang kami buat ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.



Temanggung, 11  Mei 2015

Penyusun,















LEMBAR PENGESAHAN

Karya Ilmiah yang berjudul “RANCANGAN PEMERIKSAAN E-COLI PADA BAHAN PANGAN ” telah disahkan dan disetujui pada :
 Hari :
Tanggal :

Disetujui oleh :

Pembimbing I                                   



YOTIE KURNIA TUNIKA.S.Si




























DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………..1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….2
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………………………3
HALAMAN DAFTAR ISI……………………………………………………………………….4

BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………………………………5
A.    LATAR BELAKANG……………………………………………………………….............……5
B.    TUJUAN………………………………………………………………………………….............5
C.   MANFAAT………………………………………………………………………………..............5
D.WAKTU DAN TEMPAT…………………………………………………………………..5

BAB II : DASAR TEORI/LANDASAN TEORI…………………………………………………6

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN......................................................................................11
A.    ALAT DAN BAHAN.....................................................................................................................11
B.     CARA KERJA................................................................................................................................11

BAB IV : PEMBAHASAN……………………………………………………………………...12

BAB V : PENUTUP……………………………………………………………………………..13
A.     KESIMPULAN………………………………………………………………………….............13
B.    SARAN…………………………………………………………………………………..............13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………14
















BAB I. PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Dalam setiap kejidupan makhluk hidup, tidak akan bisa lepas pada bakteri. Begitu juga dengan produk perikanan. Bakteri di dalam kehidupan kita memiliki peran yang kadang kala merugikan dan juga kadang kala menguntungkan. Pada produk perikanan terutama produk yang akan dikonsumsi oleh manusia harus terbebas dari kandungan bakteri yang merugikan konsumen patogen).
Untuk itulah perlu adanya sebuah pengamatan yang dilakuakan dan penanganan khusus untuk dapat mereduksi atau menghilangkan bakteri yang dapat merusak produk perikanan dan terutama lagi harus terbebas dari bakteri patogen yang sangat merugikan manusia. Untuk itulah kita dapat melihat berbagai jenis bakteri pada produk perikanan.

B. Tujuan
            Mengetahui kandungan bakteri E. ColiSalmonella dan Staphylococcusproduk ikani.

C. Manfaat
1.  Praktikan dapat mengetahui cara-cara mengokulasi bakteri E. Coli dan patogen dengan berbagai medium.
2.   Praktikan dapat mengetahui cara menghitung kandungan bakteri patogen di berbagai produk perikanan.

D. Waktu dan Tempat
     Hari / Tanggal  :
     Jam                :
     Tempat           :

















BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bakteri adalah kelompok mikroorganisme yang sangat penting karenan pengaruhnya yang membahayakan maupun menguntungkan. Mereka tersebar luas di lingkungan sekitar kita. Mereka dijumpai di udara, air dan tanah, dalam usus binatang, pada lapisan yang lembab pada mulut, hidung atau tenggorokan, pada permukaan tubuh atau tumbuhan. Patogen adalah mikroorganisme yang menyebabkan penyakit. Semua virus bersifat patogenik, tetapi hanya beberapa yang bersifat patogenik terhadap manusia. Bakteri tertentu juga dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Beberapa jenis penyakit tersebut dapat dipindahkan lewat pangan, di antaranya keracunan makanan, kolera dan tifus (Gaman 1992).
Bakteri patogen lebih berbahaya daripada bakteri saprobe terhadap keselamatan manusia, dan makanan merupakan perantara yang baik bagi menularnya bakteri pathogen dari seseorang kepada orang lain. Penyakit-penyakit perut seperti disentri, tipus, kolera, dapat berjangkit pada seseotang setelah termakan olehnya makanan yang mengandung bibit penyakit tersebut. Lebih-lebih di waktu sedang berkecamuk seatu wabah penyakit perut, tiap makanan yang dukerumuni lalat haruslah dicurigai (Dwidjoseputro 1998).
Bakteri Coliform merupakan kelompok bakteri yang secara umum ditemukan pada tinja (faeses) manusia dan hewan berdarah panas. Bakteri Coliform terdiri atas 4 genus, yaitu ; Escherichia, Enterobacter, Klebsiella dan Citrobacter. Adanya bakteri coliform pada bahan makanan menunjukkan tingkat sanitasi penanganan suatu produk. Sebab adanya bakteri coliform diartikan sebagai adanya cemaran tinja (faeses). Kelompok Coliform umumnya secara internasional dipakai sebagai ukuran standart sanitasi bahan makanan baik makanan segar maupun olahan yang berasal dari ikan, hewan ternak maupun hasil pertanian. Jumlah cemaran bakteri coliform pada ikan segar yang masih diperbolehkan ada, secara International adalah sebesar 100 bakteri per gram daging (anonimus, 1990).
Suatu individu mikroorganisme barangkali pada lingkungan yang berbeda dapat masuk pada masing-masing kelompok dari keempat kelompok tersebut. Sebagai contoh bakteri Escherichia coli secara umum termasuk innert. Namun pada keadaan lain dapat bersifat patogenik, karena dapat menyebabkan keracunan pangan. Strain tertentu dapat menyebabkan kerusakan pangan tanpa menyebabkan timbulnya penyakit. Staphylococcus merupakan bakteri cocci berukuran besar, terdapat dirongga hidung manusia maupun pada beberapa jenis hewan tertentu dan pada kulit. Staphylococcus aureus menginfeksi luka-luka, menyebabkan rasa panas dan bisul-bisul. Ini juga salah satu penyebab yang umum pada keracunan pangan. Salmonella merupakan bakteri berbentuk batang pandek dan aerobic. Habitat utamanya adalah saluran usus manusia dan hewan. Salmonella typhi menyebabkan demam tifus dan beberapa spesies lain menyebabkan keracunan pangan. (Gaman 1992).

Perhitungan secara tidak langsung ada beberapa cara yaitu : perhitungan pada cawan petri (total plate count) TPC, perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN metode), dan kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri). Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel. Metode perhitungan MPN sering digunakan dalam pengamatan untuk menghitung jumlah bakteri yang terdapat di dalam tanah seperti Nitrosomonas dan Nitrobacter. Kedua jenis bakteri ini memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, sehubungan dengan kemampuannya dalam mengikat N2 dari udara dan mengubah amonium menjadi nitrat (Dwidjoseputro, 1994).
Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk koloni (colony forming unit) dalam sampel. Namun  pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi (Dwidjoseputro, 1994).
Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fecal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fecal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain (Dwidjoseputro, 1994).
Salah satu anggota kelompok coliform adalah E.coli. Karena E.coli adalah bakteri coliform yang ada pada kotoran manusia, maka E.coli sering disebut sebagai coliform fekal. Pengujian coliform jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan uji E.coli karena hanya memerlukan uji penduga yang merupakan tahap pertama uji E.coli (Dwidjoseputro, 1994).
Istilah bakteri indikator sanitasi dikenal dalam bidang mikrobiologi pangan. Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadannya dalam pangan menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh kotoran manusia yang mengingat banyaknya jumlah mikroorganisme ini, maka perlu dilakukan suatu uji pemeriksaan terhadap bahan pangan tersebut agar aman dikonsumsi. Bakteri-bakteri indikator sanitasi umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia sehingga dengan adanya bakteri tersebut pada air atau makanan dapat menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air atau makanan pernah mengalami kontak dengan kotoran yang berasal dari usus manusia dan oleh sebab itu kemungkinan terdapat bakteri patogen lain yang berbahaya. Ada tiga jenis bakteri yang dapat digunakan untuk menunjukkan adanya masalah sanitasi, yaitu Escherichia coli, kelompokStreptococcus (Enterococcus) fecal, dan Clostridium perfringens(Hastowo, 1992).
Pengukuran kuantitatif populasi mikroorganisme sangat diperlukan untuk berbagai macam penelaahan mikrobiologis. Terdapat berbagai macam cara untuk menghitung jumlah mikroorganisme, akan tetapi secara mendasar, ada dua cara yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Ada beberapa cara perhitungan secara langsung, antara lain adalah dengan membuat preparat dari suatu bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber). Sedangkan perhitungan cara tidak langsung hanya untuk mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viabel count). Dalam pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu : perhitungan pada cawan petri (total plate count/TPC), perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN methode), dan kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri) (Hastowo, 1992).
Berbagai macam uji mokrobiologis dapat dilakukan terhadap bahan pangan, meliputi uji kuantitatif mikroba untuk menentukan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri patogen untuk menenetukan tingkat keamanan dan uji indikator untuk menentukan tingkat sanitasi makanan tersebut. Pengujian yang dilakukan terhadap tiap bahan pangan tidak sama tergantung berbagai faktor, seperti jenis dan komposisi bahan pangan (Hastowo, 1992).
Metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas mikrobiologi air dalam praktikum digunakan kelompok Coliform sebagai indikator. Kelompok Coliform mencakup bakteri yang bersifat aerobik dan anaeorobik fakultatif, batang gram negatif dan tidak membentuk spora. Coliform memfermentasikan laktosa dengan pembentukkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35°C (Hastowo, 1992).
Dalam metode MPN digunakan medium cair, berbeda dengan metode cawan yang menggunakan medium padat (Agar). Perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif, yaitu yang ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung positif dapat dilihat dengan timbulnya kekeruhan atau terbentuk gas dalam tabung durham (Lay, 1992).
Pendekatan lain untuk enumerasi bakteri hidup adalah dengan metode MPN. Metode MPN didasarkan pada metode statistik (teori kemungkinan). Metode MPN ini umumnya digunakan untuk menghitung jumlah bakteri pada air khususnya untuk mendeteksi adanya bakteri koliform yang merupakan kontaminan utama sumber air minum. Ciri-ciri utamanya yaitu bakteri gram negatif, batang  pendek, tidak membentuk spora, memfermentasi laktosa menjadi asam dan  gas yang dideteksi dalam waktu 24 jam inkubasi pada 37º C. Sampel ditumbuhkan pada seri tabung sebanyak 3 atau 5 buah tabung reaksi untuk setiap kelompok. Apabila dipakai 3 tabung maka disebut seri 3, dan jika dipakai 5 tabung maka disebut 5 seri. Media pada tabung adalah  Lactose Broth  yang diberi indikator perubahan pH dan ditambah tabung durham. Pemberian sampel pada tiap seri tabung berbeda-beda. Untuk sampel sebanyak 10 ml ditumbuhkan pada media LBDS (Lactose Broth Double Stegth) yang memiliki komposisi  Beef  extract  (3 gr),  peptone  (5 gr),  lactose  (10 gr) dan Bromthymol Blue (0,2 %) per liternya. Untuk sampel 1 ml dan 0,1 ml dimasukkan pada media LBSS (Lactose Broth Single Stegth) yang berkomposisi sama tapi hanya kadar laktosa setengah dari LBDS yaitu 5 gr (Lay, 1992).
MPN (most Probable Number). Metode hitungan cawan dengan menggunakan medium padat, tetapi pada metode MPN dengan menggunakan medium cair di dalam tabung reaksi. Perhitungan MPN berdasarkan pada jumlah tabung reaksi yang positif, yakni yang ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas di dalam tabung kecil (tabung durham) yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik yang membentuk gas. Untuk setiap pengenceran pada umumnya dengan menggunakan 3 atau 5 seri tabung. Lebih banyak tabung yang digunakan menunjukkan ketelitian yang lebih tinggi, tetapi alat gelas (tabung reaksi) yang digunakan juga lebih banyak (Dwidjosepuutro, 2005).
Perhitungan bakteri hidup dilakukan dengan cara seri pengenceran. Cara ini secara luas digunakan untuk menghitung bakteri hidup dalam berbagai cairan seperti air, susu, biakan cair dan sebagainya. Serentetan pengenceran dibuat untuk kemudian ditanam dalam medium pembiakan bulyon agar dan setelah inkubasi jumlah koloni dihitung. Setelah dikonversi sesuai dengan pengencerannya, akan diketahui jumlah bakteri per milliliter. Karena pengenceran dikerjakan secara lipat ganda atau secara desimal, maka angka yang diperoleh hanya angka perkiraan, yang biasa disebut Most Probable Number (MPN) (Irianto, 2006).
Prinsip untama dari metode MPN ini adalah mengencerkan sampel sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas/sesuai dan jika ditanam dalam tabung menghasilkan frekuensi pertumbuhan tabung positif “kadang-kadang tetapi tidak selalu”. Semakin besar jumlah sampel yang dimasukkan (semakin rendah pengenceran yang dilakukan) maka semakin sering tabung positif yang muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan (semakin tinggi pengenceran yang dilakukan) maka semakin jarang tabung reaksi positif yang muncul. Jumlah sampel/pengenceran yang baik adalah yang menghasilkan tabung positif “kadang-kadang tetapi tidak selalu”. Semua tabung positif yang dihasilkan sangat tergantung dari probabilitas sel yang terambil oleh pipet saat memasukkannya kedalam media. Oleh karena itu homogenisasi sangat mempengaruhi metode ini. Frekuensi positif (ya) atau negative (tidak) ini menggambarkan konsentrasi mikroorganisme pada sampel sebelum diencerkan (Dwidjoseputro, 2005).
Dalam metode MPN pengenceran sampel harus lebih tinggi daripada pengenceran pada hitungan cawan, sehingga beberapa tabung yang berisi medium cair yang diinokulasikan dengan larutan hasil pengenceran tersebut mengandung 1 jasad renik, beberapa tabung mungkin mengandung lebih dari 1 sel, sedangkan tabung yang lain mengandung sel sama sekali. Dengan demikian setelah inkubasi diharapkan terjadi pertumbuhan pada beberapa tabung, yang dinyatakan sebagai tabung positifm sedangkan tabung lainnya negatif (Waluyo, 2004).
Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam sampel yang berbentuk cair, meskipun dapat juga digunakan untuk sampel yang berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat suspense 1:10 dari sampel tersebut. Kelompok jasad renik yang dapat dihitung dengan metode MPN juga bervariasi tergantung dari medium yang digunakan untuk pertumbuhan (Dwidjoseputro, 2005).
Lebih lanjut mengenai metode MPN, dari setiap pengenceran masing-masing dimasukkan 1 ml masing-masing ke dalam tabung yang berisi medium, dimana untuk setiap pengenceran digunakan 3 atau 5 seri tabung. Setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu, dihitung jumlah tabung yang positif. Kriteria tabung positif atau tidak ditandai dengan timbulnya kekeruhan  atau gas pada tabung durham. Misalnya pada pengnceran pertama, 3 tabung menghasilkan pertumbuhan positif, pada pengenceran ke 2 tabung positif, pada pengenceran ke 3 satu tabung positif, dan pada pengenceran teakhir tidak ada tabung yang positif. Kombinasinya menjadi 3,2,1,0 dan jika diambil 3 pengenceran pertama kombinasinya menjadi 3,2,1. Angka kombinasi ini kemudian dicocokkan dengan table MPN

































BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


A.    Alat dan Bahan

1.                  Alat
–             Tabung reaksi
–             Bunsen
–              Petridish
–              Timbangan
–              Pipet ukur 1 ml
–              Kertas label
–              Pisau
–              Mortir
–              Botol
2.                  Bahan
–             Terasi
–              Udang
–              Pindang
–              Bakso ikan
–              Bandeng
–              Medium EA
–              Medium SS-Agar
–              Medium S110 Agar


B.     Cara Kerja

1.      Bahan dihaluskan secara aseptik
2.      Diambil 11 gr dan dimasukkan ke dalam botol berisi 99 ml air steril lalu dikocok (pengenceran 10-1)
3.      Diambil 1 ml dari botol dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1 yang berisi 9 ml air steril kemudian dikocok (pengenceran 10-2)
4.      Diambil 1 ml dari pengenceran 10-2 dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2 yang berisi 9 ml air steril kemudian dikocok (pengenceran 10-3)
5.      Pengenceran dilakukan sampai dengan  10-4
6.      Membuat plating secara duplo di petridish dengan cara mengambil sebanyak 0,1 ml dari masing-masing pengenceran untuk setiap pengujian :
`a. EColi                                10-3  10-4 10-5
  b. Salmonella                                    10-3  10-4 10-5
   c. Staphylococcus                 10-3  10-4 10-5
7.   Inkubasi selama 2 x 24 jam
8. Mengamati dalam petridish mengenai kenampakan EColi, Salmonella, Staphylococcus  kemudian dihitung jumlahnya
BAB IV. PEMBAHASAN


Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui bakteri patogen dan bakteriE. Coli  pada produk perikanan. Kedua jenis bakteri tersebut merupakan bakteri yang sangat mudah tumbuh pada produk perikanan bila tidak ditangani secara benar. Keduan jenis bakteri ini dapat merugikan manusia jika mengkonsumsinya sehingga dalam menggunakan produk perikanan dapat dipastikan kandungan kedua bekateri tersebut harus rendah atau tidak ada sama sekali.
Pada pengamatan yang dilakukan digunakan medium EA untuk dapat mengetahui pertumbuhan E. Coli  pada produk perikanan yang akan diteliti. Pada pengamatan yang dilakukan ternyata pada udang, pindang, terasi dan nugget ikan tidak ditemukan adanya bakteri E. Coli. Ini disebabkan karena suhu yang tidak sesuai untuk pertumbuhan bakteri ini. Suhu dingin dapat mematikan dan menghambat proses pertumbuhan bakteri E. Coli. Tidak ditemukan pada keempat bahan karena terdapat pendinginan terlebih dahulu dan belum melakukan thowing secara sempurna sehingga kadar bakteri sangat rendah malah sampai tidak ada satupun bakteri ini yang tumbuh. Sedangkan pada bandeng dapat tumbuh karena bandeng yang digunakan belum mengalami perlakuan yang dapat menghambat bakteri ini sehingga dapat tumbuh dengan jumlah 3,0×103 cfu/g. Ini terjadi pada bandeng karena kandungan air yang cukup untu pertumbuhan bakteri, substrat yang memang cocok untuk pertumbuhan bakteri serta pH yang optimum yaitu pada kondisi basa (8,5-9,5). selain itu juga disebabkan memang kondisi fisik ikan bandeng yang sudah rusak.
Pada medium SS-Agar digunakan untuk mengetahui sejumlah Salmonella yang tumbuh pada produk perikanan. Pada praktikum ini, Salmonella hanya tumbuh sedikit pada udang karena memang kondisi yang cocok yaitu pH yang sesuai, kadar air yang tidak terlalu banyak, serta kelembaban dari udang sendiri yang cocok untuk pertumbuhan Salmonella. Pada trasi, nugget, bandeng dan pindang tidak terdapat karena telah mengalami perlakuan sehingga dapat mematikan bakteri ini. Salmonellabanyak hidup pada ikan dan memiliki sifat yang patogen (dapat menyebabkan penyakit pada manusia) yang dapat hidup di danau, air selokan dan muara-muar sungai (Hadiwiyoti, 1993).
Pada medium S110-Agar digunakan untuk menumbuhkan Staphylococcus. Pada pengamatan ternyata pada terasi, nugget ikan dan pada udang tidak terdapat pertumbuhan dari bakteri Staphylococcus. Ini terjadi kemungkinan karena sudah mengalami pengolahan terutama pada terasi dan nugget yang disana sudah terjadi perubahan suhu dan pH sehingga dapat mematikan bakteri ini. Sedangkan pada udang kemungkinan karena memang substrat yang tidak cocok untuk pertumbuhanStaphylococcus. Bakteri ini sangat cocok untuk tumbuh pada udang sungai. Pada pndang dan bandeng masing memilki Staphylococcus sebesar 5,0×106 cfu/g dan 3,0×107 cfu/g. Bakteri ini memeng cocok tumbuh pada ikan yang memiliki lendir yang cukup banyak dan juga kandungan air yang cukup banyak sehingga banyak ditemukan di dalam pindang dan bandeng. Selain itu juga substrat yang dimiliki oleh keduanya sangat cocok untuk pertumbuhan Staphylococcus. Sebenarnya pembusukan yang sering dilakukan oleh Staphylococcus adalah pada udang sungai (Hadiwiyoto, 1993).



BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan
1.      Bandeng merupakan produk perikanan yang banyak ditumbuhi oleh bakteri E. colidan Staphylococcus.
2.      Udang merupakan produk perikanan yang banyak ditumbuhi oleh Salmonella.
3.      E. ColiSalmonella dan Staphylococcus merupakan bakteri yang bersifat patogen dan berbahaya bila dikonsumsi oleh manusia dalam jumlah tertentu.

B. Saran
1.      Sebaiknya digunakan preparat yang masih fresh sehingga kita dapat mengetahui bakteri apa saja yang tumbuh dan factor-faktor apa saja yang menyebabkan pertumbuhan bakteri pathogen.
2.      Diperkaya jenis preparatnya sehingga dapat mengetahui secara detail bakteri yang patogen.




























DAFTAR PUSTAKA

Dwijoseputro, D.Prof Dr. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan.Jakarta.
Gaman, P.M dan Sherington, K.B. 1992. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Anonimus, 1990. Microbiological Quality Control of Foodstuffs. Merck. Frankfurer Strasse, Germany

Tidak ada komentar:

Posting Komentar